Rabu, 03 Desember 2014

ORGANISASI AWAL

Budi Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Ngabehi Wahidin Soedirohusodo, seorang dokter Jawa dan termasuk priayi, dalam tahun 1906-1907. Di saat itu beliau sedang melakukan kampanye di kalangan priayi di Pulau Jawa. pada akhir tahun 1907,  Wahidin bertemu Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Pertemuan tersebut membahas tentang nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sebuah organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond  untuk orang Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.
Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.
Pada awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsaJawa. Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie), tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya. Dengan demikian, sekali lagi pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada penduduk yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut anggapan para pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang sama. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya organisasi. Pada hari Rabu, 20 Mei 1908 di Btaviatepatnya di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Dan kemudian Soetomo ditunjuk sebagai ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo  hingga saat ini diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada awal berdirinya hingga bulan Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai anggota intinya. Tujuan Boedi Oetomo dituliskan secara samar-samar, yaitu "kemajuan bagi hindia". Ruang geraknya masih terbatas di Jawa dan Madura dengan tidak membedakan keturunan,jenis kelamin dan agama. Hingga menjelang kongres pertama terdapat 8 cabang Boedi Oetomo yaitu Batavia,  Bogor, Bandung, Yogyakarta I, Yogyakarta II, Magelang, Surabaya dan Probolinggo. Setelah cita-cita Boedi Oetomo mendapat dukungan yang luas dari kalangan cendekiawan Jawa, kaum pelajar mulai menyingkir dari barisan depan. Karena para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, sebagian dari mereka menginginkan "kaum tua"-lah yang harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakkan organisasi itu. ketika kongres Boedi Oetomo berlangsung di Yogyakarta, kongres tersebut mengangkat Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, sebagai ketua baru dan Yogyakarta sebagai pusatnya. Namun, dalamperkembangannya Tirtokusumo sebagai ketua yang baru lebih cenderung memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada reaksi penduduk pribumi. Setelah persetujuan dari pemerintah kolonial sebagai badan hukum diberikan, diharapkan organisasi Boedi Oetomo akan lebih melancarkan kegiatannya secara luas. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, Boedi Oetomo segera menjadi lamban. Hal itu disebabkan adanya kesulitan keuangan dan banyak Bupati yang sebelumnya menjadi anggota Boedi Oetomo, mendirikan organisasi sendiri. Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Boedi Oetomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goerge Desa dan beberapa petisi kepada pemerintah agar meningkatkan mutu sekolah menengah pertama. Pemerintah kolonial yang  mengawasi perkembangan boedi Oetomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian akhirnya pengaruh Boedi Oetomo terhadap kaum pribumi tidak begitu besar. Ketika Perang Dunia terjadi pada tahun 1914, ada usaha untuk mengembalikan usaha kekuatan Boedi Oetomo. Adanya bahaya intervensi pihak asing ke wilayah Indonesia menjadi alasan bagi bagi Boedi Oetomo untuk mengjukan usul tentang perlunya wajib militer bagi kaum pribumi. kemudian dikirim misi ke Belanda oleh komite Indie Weerbaar ( Hindia yang berketahanan ). periode tahun 1916-1917 merupakan masa yang sangat amat berhasil bagi Boedi Oetomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Boedi Oetomo dalam misi tersebut berhasil melakukan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda.Namun, usulan tentang wajib militer gagal. sebagai gantinya, dikeluarkan undang-undang tentang pembentukan volksraad(Dewan Rakyat) yang disahkan pada Bulan Desember 1916. Saat terjadi krisis pada Bulan November 1918 di Negeri Belanda, mereka menuntut perubahan bagi volksraad dan kebijakan pemerintah kolonial pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1919 dibentuk suatu komisi untuk mengadakan penyelidikan perlunya perbaikan ketatanegaraan. Akhirnya Boedi Oetomo menyadari  tentang perlunya suatu gerakan politik dan menggalang dukungan massa sehingga unsur-unsur radikal dalam tubuh Boedi Oetomo pun mulai besar pengaruhnya. akan tetapi, segera setelah itu kebijakanplitik yang ;lebih kerasdilakukan oleh Gubernur Jendral Mr. D.Fock dan anggaran pendidikan dikurangi secara drastis. Akibatnya, terjadi perpecahan antara golongan moderat dan radikal di dalam Boedi Oetomo. Pada tahun 1924, Dr. Soetomoyang merasa tidak puas dengan Boedi Oetomo mendirikan Indonesische Studie Club di Surabayayang kemudian berkembang menjadi Persatuan Bangsa Indonesia(PBI). Sebab utama pembentukan Indonesische Studie Club adalah Dr. Soetomo dan juga pemimpin Nasionalislainnya menganggap asas "Kebangsaan Jawa" dan Boedi Oetomo tidak sesuai lagi. Karena Boedi Oetomo tidak pernah mendapatkan dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu penting. Namun, satu hal yang penting adalah dari dal;am Boedi Oetomo telah muncl benih semangat nasional yang pertama. 
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti organisasi Indische Bond, sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai tiga serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische Partij, yang berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini dianggap oleh pemerintah kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalism
e rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetra.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda